Uang Tunai #InstrumenKeuangan
Uang tunai merupakan bentuk instrumen keuangan yang paling umum dan dipahami oleh semua orang serta merupakan alat pembayaran yang diterima.
Potensi pertumbuhan nilai uang tunai adalah 0 atau tidak ada, karena nilai intrinsik uang tunai tidak akan berubah jika hanya disimpan dalam bentuk tunai tersebut. Namun juga perlu mempertimbangkan nilai ekstrinsik dari uang tunai, yaitu nilai yang dapat ditukarkan dengan suatu barang/jasa. Dengan adanya inflasi, maka nilai ekstrinsik suatu uang cenderung menurun, contohnya di bulan Januari 2010, harga beras grosir adalah Rp6.702/kg, sedangkan di bulan Juli 2020, harga beras grosir adalah Rp12.213/kg (sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/963). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dengan nilai intrinsik uang tunai yang sama di tahun 2020, kita hanya dapat memperoleh beras setengah dari tahun 2010.
Tingkat likuiditas uang tunai sangat tinggi karena dapat langsung digunakan sebagai alat pembayaran.
Risiko counterparty dari uang tunai adalah risiko dari pemegang uang tunai tersebut. Jika uang tunai dipegang oleh kita sendiri, maka risiko counterparty akan tergantung diri kita sendiri, yang seharusnya rendah jika kita percaya kepada diri kita sendiri. Jika uang tunai dititipkan ke teman, maka risiko counterparty-nya adalah teman kita tersebut dengan risiko uang tunainya dibawa kabur. Seberapa besar risikonya tergantung pada seberapa besar kita percaya kepada pemegang uang tunai tersebut.
Risiko penyimpanan uang tunai bisa dibilang cukup tinggi. Bahkan semakin besar nilai uang tunai yang tersimpan, maka risikonya semakin besar (kembali ke konsep high risk, high gain). Karena, uang tunai merupakan bentuk fisik, dan semakin besar uang tunai yang tersimpan, akan semakin besar tempat yang dibutuhkan dan bisa saja menarik perhatian orang yang bermaksud buruk. Risiko lainnya adalah faktor lingkungan, misal tempat penyimpanan uang tunai yang lembab dapat mengundang rayap yang dapat memakan kertas uang tunai tersebut, atau dapat terjadi kebocoran air yang merusak uang tunai. Jika hal tersebut terjadi, maka nilai uang tunai tersebut akan hilang.
Risiko penurunan nilai uang tunai tidak ada, karena nilai intrinsik uang tunai tidak akan berubah. Namun, jika mempertimbangkan inflasi, maka nilai ekstrinsik uang tunai akan menurun dengan berjalannya waktu.
Jumlah penyimpanan uang tunai sebaiknya sesuai kebutuhan jangka sangat pendek (misal harian, mingguan) dan kebutuhan harian yang dapat terjadi tiba-tiba. Salah satu contoh kasus dimana uang tunai dapat sangat berguna adalah saat terjadi pemadaman listrik skala besar di daerah Jabodetabek circa 2019. Saat itu, mesin atm dan mesin EDC untuk kartu kredit tidak dapat berfungsi karena tidak ada listrik, sehingga alat pembayaran yang dapat digunakan hanya uang tunai (atau menghutang tergantung perkenalan).
Komentar
Posting Komentar