Obligasi #InstrumenKeuangan
Obligasi merupakan surat utang yang umumnya memberikan imbalan dalam bentuk pembayaran kupon atau bunga secara berkala (misal setiap 3 bulan, 6 bulan) dan nilai tercatat dari surat utang tersebut akan dibayarkan saat surat utang tersebut berakhir atau biasanya disebut sudah jatuh tempo atau mature. Penerbit obligasi bisa merupakan korporasi atau negara.
Potensi pertumbuhan obligasi dipengaruhi oleh tingkat pembayaran kupon dan harga obligasi. Obligasi juga dapat diperdagangkan di pasar sekunder, bergantung kepada ketentuan obligasi tersebut. Faktor-faktor umum yang mempengaruhi harga obligasi adalah suku bunga yang ditentukan oleh bank sentral, namun juga tidak tertutup kemungkinan dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga di negara lain, rating dari obligasi serta kondisi perusahaan jika penerbit adalah perusahaan.
Beberapa parameter terkait dengan nilai obligasi adalah:
Face value adalah nilai obligasi yang tertera dan menunjukkan nilai yang dapat diperoleh saat obligasi telah jatuh tempo
Harga adalah nilai jual beli obligasi dapat ditransaksikan. Harga menunjukkan persentase dari face value. Contoh: jika harga obligasi adalah 90, maka kita dapat membeli obligasi dengan face value 100 juta hanya dengan membayar sebesar 90 juta, sedangkan jika harga 110, maka kita dapat membeli obligasi dengan face value 100 juta dengan membayar sebesar 110 juta.
Jika harga obligasi lebih rendah dari face value, maka disebut at-discount.
Jika harga obligasi lebih tinggi dari face value, maka disebut at-premium.
Jika harga obligasi sama seperti face value, maka disebut at-par.
Tingkat pembayaran kupon yang menunjukkan suku bunga per tahun yang dapat diperoleh secara berkala.
Tanggal jatuh tempo (Maturity date) menunjukkan masa berlaku obligasi dimana pada tanggal jatuh tempo tersebut Face value dari obligasi akan dibayarkan ke pemegang obligasi saat itu.
Imbal hasil (Yield to maturity / YTM) menunjukkan tingkat pertumbuhan nilai investasi dari saat ini hingga tanggal jatuh tempo dengan memperhitungkan harga obligasi terkini dan pembayaran kupon yang akan diterima.
Jika harga obligasi at-discount, maka YTM akan lebih besar dari tingkat kupon.
Jika harga obligasi at-premium, maka YTM akan lebih kecil dari tingkat kupon.
Jika harga obligasi at-par, maka YTM akan sama seperti tingkat kupon.
Selain itu, YTM mempunyai hubungan yang berlawanan dengan harga obligasi. Jika YTM meningkat, maka harga obligasi menurun, dan sebaliknya jika YTM menurun, maka harga obligasi meningkat.
Tingkat likuiditas obligasi dapat dikatakan rendah karena dana dapat diperoleh saat dijual atau saat jatuh tempo. Obligasi umumnya dapat diperjualbelikan di pasar sekunder, namun terkadang tingkat perdagangannya tidak terlalu besar sehingga membutuhkan waktu. Selain itu terdapat perbedaan harga beli dan jual pada waktu yang bersamaan yang menyebabkan obligasi tidak dapat langsung dijual jika tidak ingin mengalami kerugian.
Risiko counterparty dari obligasi dipengaruhi oleh penerbit obligasi. Umumnya jika penerbit merupakan suatu negara, risikonya dipandang rendah. Sedangkan, jika penerbit merupakan perusahaan, risikonya dapat dilihat dari rating perusahaan dan obligasi itu sendiri. Namun, semakin besarnya risiko, maka YTM obligasi biasanya akan menjadi lebih besar yang menunjukkan high risk high gain. Obligasi juga mempunyai risiko gagal bayar jika penerbit mengalami kesulitan keuangan. Namun, biasanya akan terdapat upaya untuk restrukturisasi terhadap pembayaran obligasi yang mungkin dapat mempengaruhi nilai pembayaran kupon, face value, serta jangka waktu obligasi. Dalam upaya restrukturisasi tersebut akan diadakan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) yang dapat mengambil keputusan terkait dengan skema restrukturisasi.
Risiko penyimpanan dari obligasi rendah karena obligasi sudah tercatat secara elektronik dan obligasi yang terdaftar di bursa efek tercatat di sentral kustodian.
Risiko penurunan nilai obligasi dapat terjadi terhadap harga obligasi jika terdapat peningkatan risiko dari penerbit atau jika tingkat suku bunga acuan meningkat. Namun, tingkat pembayaran kupon tidak akan berubah kecuali jika penerbit mengalami gagal bayar atau dilakukan restrukturisasi utang.
Jika terjadi peningkatan risiko dari penerbit, maka diharapkan risiko tersebut dapat dikompensasi dengan peningkatan YTM yang akan membuat harganya menurun namun dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi bagi yang membeli obligasi saat terjadi peningkatan YTM. Sebaliknya, jika terjadi penurunan risiko, yang biasanya dapat dilihat dari rating yang membaik, maka YTM akan menurun dan harga obligasi akan meningkat.
Jika tingkat suku bunga acuan meningkat, maka harga obligasi akan menurun dengan YTM yang meningkat karena para investor akan mengharapkan tingkat pengembalian yang sesuai dengan kondisi pasar, yaitu suku bunga acuan. Hal ini merupakan salah satu mekanisme pasar yang menyesuaikan tingkat penambahan nilai obligasi dengan suku bunga yang berlaku. Sebaliknya, jika suku bunga acuan menurun, maka harga obligasi akan meningkat dengan YTM yang menurun.
Penggunaan obligasi sebagai investasi dapat dilakukan jika kita mengharapkan adanya pendapatan kas secara berkala, namun tidak ingin mengganggu nilai intrinsik dari dana yang dimiliki. Contohnya:
Jika kita terpaksa memperoleh uang pertanggungan asuransi dan tidak mempunyai pendapatan, maka uang pertanggungan asuransi tersebut dapat diinvestasikan ke obligasi dan kas pembayaran kuponnya dapat digunakan sebagai biaya sehari-hari.
Jika kita mempunyai pendapatan besar sewaktu-waktu tanpa pendapatan tetap secara berkala, maka pendapatan kupon obligasi dapat digunakan sebagai biaya sehari-hari
Jika akan memasuki usia pensiun, namun tidak ingin mengurangi nilai dana yang dimiliki, maka uang pensiun tersebut dapat dimasukkan ke obligasi dan pembayaran kupon obligasi digunakan untuk penambahan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Komentar
Posting Komentar